Gen Z Ogah Minum Miras dan Dugem! Ini 6 Faktor Sosio-Ekonomi Yang Bikin Bisnis Klab Malam Kian Terpuruk

banner 468x60

Menurut penelitian, bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa semakin sedikit orang yang pergi ke klub malam, khususnya dari generasi muda seperti Gen Z dan milenial. Tren ini diamati di AS, Eropa, dan belahan dunia lainnya. Berikut adalah ringkasan detail dari alasan utama dan pergeserannya, didukung oleh data dan wawasan dari hasil penelusuran BerkibarNews:

  1. Penurunan Jumlah Pengunjung dari Kalangan Dewasa Muda

Survei menunjukkan penurunan signifikan kehadiran anak muda di klub malam. Misalnya:
· Hanya 28% dari dewasa AS berusia 18–34 tahun yang rutin mengunjungi tempat hiburan malam, dibandingkan dengan 54% dari mereka yang berusia di atas 55 tahun yang mengingat seringnya dugem di masa muda mereka.
· Sebuah survei tahun 2022 menemukan bahwa hanya 25% dari Gen Z yang masih tertarik dengan dugem.
· Hampir setengah dari dewasa muda mengatakan mereka tidak pernah pergi ke klub malam, dan 70% lebih memilih untuk tinggal di rumah di akhir pekan untuk bersantai atau menghemat uang.

💰 2. Faktor Ekonomi

· Kenaikan Biaya: Biaya untuk satu malam keluar (tiket masuk, minuman, transportasi) telah meningkat karena inflasi, sewa yang lebih tinggi, dan biaya operasional untuk venue. Contohnya:
· Indeks harga konsumen (IHK) naik ~24% antara Maret 2020 dan Maret 2025.
· Harga transportasi online (contoh: Uber/Lyft) meningkat 7,2% dalam setahun terakhir.
· Budaya Bottle Service: Banyak klub memprioritaskan layanan botol (minuman berbotol) dan bagian VIP, sehingga menjauhkan mereka yang tidak mau atau tidak mampu menghabiskan uang secara berlebihan .

🍷 3. Perubahan Kebiasaan dan Preferensi Sosial

· Penurunan Konsumsi Alkohol: Gen Z minum alkohol lebih sedikit dibandingkan generasi sebelumnya karena kesadaran akan kesehatan dan risiko alkohol. Data Gallup menunjukkan hanya 62% dari dewasa di bawah 35 tahun yang minum alkohol, turun dari 72% dua dekade lalu.
· Beralih ke “Soft Clubbing”: Generasi muda lebih memilih sosialisasi yang santai dan ramah tanpa alkohol (contoh: kafe, lounge, acara siang hari) dibandingkan dugem tradisional. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai seperti kebugaran, keaslian, dan kesejahteraan mental.
· Kesepian dan Isolasi Sosial: Studi menunjukkan peningkatan rasa kesepian, dengan 61% dari Gen Z melaporkan kesepian yang serius pada tahun 2021. Banyak anak muda yang memiliki lebih sedikit teman dekat dan kesulitan membentuk hubungan sosial.

📵 4. Pergeseran Budaya dan Teknologi

· Media Sosial dan Ketakutan akan “Cringe” (Kikuk): Banyak yang menghindari menari atau bersenang-senang karena takut direkam dan dihakimi secara daring. DJ melaporkan bahwa pengunjung klub lebih suka berkerumun di sekitar booth DJ untuk merekam daripada menari.
· Aplikasi Kencan: Aplikasi medsos dan kencan mengurangi kebutuhan akan klub sebagai tempat pertemuan sosial, karena koneksi semakin banyak terjalin secara daring.
· Tren Musik: Beberapa berargumen bahwa musik modern kurang memiliki kualitas eskapis dan mengajak menari seperti era sebelumnya (contoh: “musik pop resesi” tahun 2000an), sehingga membuat klub kurang menarik.

🏢 5. Tantangan Struktural bagi Venue

· Biaya Operasional yang Tinggi: Klub menghadapi kenaikan sewa, biaya tenaga kerja, dan beban regulasi (contoh: izin minuman keras, keluhan kebisingan).
· Penutupan: Banyak venue ikonik yang telah tutup. Contohnya:
· 31% klub malam di Inggris tutup antara tahun 2020–2023 .
· Kota-kota seperti Los Angeles mengalami penurunan 20% dalam jumlah venue hiburan malam sejak 2019.
· Persaingan dari Alternatif: Acara keliling (contoh: Boiler Room), festival (contoh: festival EDM), dan pengalaman pop-up menawarkan lebih banyak kebaruan dan immersion dibandingkan klub tradisional.

🌐 6. Perbedaan Generasi dalam Partisipasi Hiburan Malam

· Pembatasan Usia: Di AS, remaja usia 18–20 tahun sering dilarang masuk klub karena hukum minum, tidak seperti di banyak negara lain. Hal ini mengecualikan demografi kunci dari budaya hiburan malam.
· Pergeseran Pascapandemi: COVID-19 mempercepat penurunan ini, dengan banyak orang tidak kembali ke klub setelah lockdown. Kebiasaan beralih ke hiburan berbasis rumah dan sosialisasi digital.

💎 Kesimpulan

Kehadiran di klub malam mengalami penurunan secara global, didorong oleh faktor ekonomi, sosial, dan budaya. Generasi muda lebih memprioritaskan kesehatan, keterjangkauan, dan koneksi yang bermakna dibandingkan dugem tradisional. Meskipun kehidupan malam tidak menghilang, ia berevolusi menuju alternatif seperti festival, soft clubbing, dan acara yang imersif. Agar klub tradisional dapat bertahan, mereka mungkin perlu beradaptasi dengan menawarkan opsi bebas alkohol, pengalaman yang digerakkan oleh komunitas, atau format acara yang fleksibel.

Redaksi BerkibarNews

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *