Di tengah hiruk-pikuk modernisasi kota Bogor, sebuah langkah berani tengah direncanakan oleh KDM (Kang Dedie Mulyadi), yang ingin menghidupkan kembali jejak kejayaan masa lalu. Prasasti Batutulis yang merupakan peninggalan bersejarah dari Kerajaan Pajajaran ini.direncanakan untuk dipugar pada tahun ini, jika mendapat restu dari Kementerian Kebudayaan.
Prasasti Batutulis, yang terletak di Kelurahan Batutulis, Bogor Selatan, merupakan salah satu bukti otentik keberadaan Kerajaan Pajajaran. Prasasti ini ditulis dalam aksara dan bahasa Sunda Kuno pada batu andesit setinggi sekitar 151 cm dan merupakan bentuk penghormatan dari Raja Surawisesa kepada ayahandanya, Prabu Siliwangi. Nilai sejarahnya tak ternilai, karena menjadi saksi bisu kebesaran kerajaan yang pernah memimpin wilayah Tatar Sunda pada abad ke-15.
Bangunan di sekitar prasasti saat ini dinilai belum sepenuhnya mencerminkan kearifan lokal maupun kebesaran sejarahnya. Inilah yang menjadi perhatian utama KDM. Rencana pemugaran akan dilakukan dengan desain arsitektur khas Sunda, yang tidak hanya menjaga nilai historis, tetapi juga memperkuat identitas budaya lokal.
“Semangat membangun museum juga sudah luar biasa. Tinggal nanti ada sentuhan arsitekturnya supaya lebih mengesankan sebagai sebuah museum sejarah masa lalu,” puji Dedi Mulyadi di lokasi Situs Prasasti Batutulis setelah meninjau longsor di Jalan Saleh Danasasmita yang tak jauh dari situs.
KDM mengumumkan rencana pembentukan Tim Ahli Batu Tulis yang akan bertugas melakukan kajian ilmiah dan penataan ulang kawasan situs dari aspek keilmuan, arsitektur, dan kebudayaan. Menurut KDM selama ini pendekatan terhadap Batu Tulis terlalu kental dengan unsur mistik dan minim basis ilmiah. Oleh karena itu, tim ahli yang dibentuk akan mencakup; ahli Geologi, ahli bahasa Sunda, Arsitek Budaya, Filolog dan Sejarah.
“Ini tanda peringatan Prabu Guru Dewataprana. Tahun 1455 Saka. Didirikan oleh putranya yang mulia, yang berkuasa di Pakuan, Prabu Surawisesa, yang gagah perkasa dalam perang, yang melindungi rakyatnya, yang telah mendirikan pertahanan di daerah Sunda, Jayagiri, dan lain-lain, yang telah membangun benteng di sekeliling kota Pakuan.” (isi prasasti batu tulis)
“Kesaktian bukan soal klenik, melainkan soal ilmu. Raja kita bukan dukun, tapi ilmuwan hebat di zamannya,” ujar KDM dengan penuh keyakinan.
Pembentukan tim ini diharapakan agar dapat menampilkan kebesaran budaya sunda yang sesungguhnya agar masyarakat Jawa Barat memiliki kebanggagan terhadap budaya nya. Menurut KDM , prasati Batu Tulis ini menunjukan fakta bahwa rakyat Sunda pernah memiliki Raja yang hebat dan cerdas.
“Bogor bukan hanya kota hujan, tapi juga kota yang menyimpan warisan luar biasa dari masa lalu. Kita punya jejak Prabu Siliwangi,sosok agung dari tanah Sunda. Dan itu harus terus kita jaga dan tampilkan dengan layak,” ujar KDM dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.
Jika disetujui oleh Kementerian Kebudayaan, proyek ini akan dimulai tahun ini dan diharapkan menjadi ikon baru sejarah budaya di Bogor. Sebuah tempat edukatif, spiritual, sekaligus wisata budaya yang membangkitkan kembali semangat Prabu Siliwangi di hati rakyatnya.









